Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger


--- Aufklärung ---


Minggu, 04 Oktober 2009

Ksatria, Bulan & Bintang ---> part. 1

Ini hanyalah kisah yang tejadi karna adanya sebuah mimpi, mimpi yang memberikan begitu banyak harapan.

...............................................................................................................................................................

Pagi merekah bagaikan bunga yang baru mekar dari kuncupnya, sedangkan sang malam yang sayup-senyap mulai menanggalkan jubah hitamnya. Waktu hanyalah bagaikan air sungai yang mengalir yang trus mengikuti arus kehidupan, yang tak kan berhenti walaupun hanya sesaat.

Kehidupan hanyalah terdiri dari menit dan detik, kehidupan hanya terdiri dari siang dan malam yang tersusun dari  hembusan-hembusan nafas kehidupan, kehidupan adalah anak sungai yang mengalir terus tanpa henti, yang kadang jernih dan juga kadang kotor.

KSATRIA: Apakah ini hanyalah sebuah mimpi?..., mimpi yang slama ini slalu kumimpi-mimpikan. Dan jika seandainya ini mimpi biarkanlah aku tertidur dalam keterlelapan untuk selama-lamanya, dengan mimpi-mimpi dan juga harapan-harapan yang slama ini tlah kubangun dengan berjuta tawa dan tangisan.

Ya..

Ini tentang ksatria,

Ksatria yang terus hidup dengan bayang-bayang seorang putri, putri yang slama ini memberikan harapan dan juga sebuah mimpi baginya.



Bagi ksatria...

Putri adalah bulan malam yang slalu memberikan sinarnya di kala malam...

Putri begitu sempurna

Putri bagaikan cahaya dalam kegelapan, yang slama ini tlah menyinari hatinya yang kelam.

Putri bagaikan sinar pagi yang menghangatkan hati, saat hati ksatria sedang dingin dan membeku.

Putri bagaikan nahkoda kapal dari perahu cinta sang ksatria.

    Setiap malam, setiap pagi, semua mata, hidung, telinga, mulut, dan hati ksatria hanya untuk sang putri

Ksatria hidup dengan sebuah khayalan dan juga impian akan cinta. Ksatria berpikir bahwa, ia bagaikan manusia yang sempurna yang memiliki rasa cinta yang agung dan suci.

Bagi ksatria...

Cinta adalah kehidupan, siapa yang tidak memiliki cinta, maka dia akan hidup tanpa penuh arti.

Cinta adalah cahaya, siapa yang kehilangan cinta, maka keberadaannya bagaikan orang yang hidup dalam lautan kegelapan.

Cinta adalah obat penawar, ketika perasaan telah sakit dan mati, siapa yang hatinya kosong dari cinta, maka segala macam penyakit akan bersarang di dalam hatinya.

Cinta adalah kenikmatan,
siapa yang tidak dapat meraihnya, maka kehidupanya akan slalu dalam kegundahan dan juga penderiataan.

Cinta adalah jiwa dari keimanan, kedudukan dan keadaan semua amalan, jika semuanya kosong dari cinta, maka kedudukannya sama dengan tubuh tanpa ruh.

Tapi apa yang yang telah dirasa oleh ksatria akan sang putri, membuat ksatria lupa akan segala-galanya, kesatria lupa akan makna dari cinta yang sebenarnya. Ksatria tlah terbuai dan terbutakan oleh rasa cinta pada sang putri. Ketika cinta datang, maka ikutlah ia dengannya, meski jalan yang akan ia lalui begitu terjal dan berliku. Saat sayap-sayap merengkuhnya, maka pasrahlah ia, walaupun pedang yang bersembunyi dalam sayap-sayap cintanya tlah melukainnya.

Saat cinta berbicara padanya, ia lupa bahwa suatu saat ucapannya akan membuyarkan mimpi-mimpinya, bagaikan tsunami yang menghempaskan pantai dan juga daratan, hancur lebur dan tak tersisa.

Ksatria juga lupa bahwa sebagaimana cinta itu memahkotai jantung hatinya, maka cinta itu juga akan menikam dan menghunus tajam bagaikan pedang yang tak bermata. Sebagaimana cinta itu mampu untuk menumbuhkan kuncup dedaunnya, maka ia juga akan memotong akar-akarnya.

Dan.saat itu,
tanpa ksatria kira.
Akirnya cinta tlah berbicara kepadanya, dalam sekejap ksatria tlah kehilangan cintanya, cinta yang slama ini tlah dipujanya yang dibangun dengan secercah harapan dan juga mimpi-mimpinya tanpa ia sadari ternyata slama ini sang putri tlah jauh meninggalkannya.

Ternyata slama ini ksatria tlah salah, salah dalam mengartikan cinta, dan juga  salah dalam memaknai arti cinta, ksatria sadar bahwa ia tak dapat menentukan arah cinta, karna jika cinta tidak menjatuhkan pilihan padanya, maka dia tidak akan dapat menentukan perjalanan hidupnya.

Sang  Ksatria pun diliputi oleh kesedihan, baginya kesedihan adalah sebuah mata rantai emas di antara kepasrahan dan juga harapan dan mimipi-mumpinya dimasa depan.

Mulai lah sang ksatria merasakan bahwa cinta tlah mengubah prosa kehidupan, kehidupan yang dulu penuh dengan kegembiraan penuh dengan kidung-kidung asmara dan lagu-lagu pujian. Kini skarang tlah berubah menjadi kesedihan yag dipenuhi dengan lagu-lagu kematian, kematian akan cinta dari seorang ksatria.

Dimana saat dulu cinta berjalan di hadapannya dengan mengenakan gaun kelembutan, sekarang cinta tlah membuat  ia lari dalam ketakutan dan cinta tlah membuatnya bersembunyi dalam kegelapan.

Ksatria pun putus asa, ksatria mencoba untuk membangun impian dan juga harpan-harapan yang slama ini tlah hilang. Dengan hati yang bimbang, ksatria mencoba untuk menemukan secercah harapan, Ksatria pun mencoba untuk mengumpulkan kembali kepingan-kepingan jiwanya yang tlah berserakan di sepanjang jalan, jalan yang slama ini ia bangun dengan cinta, baginya sudah terlalu banyak buah kerinduan yang ia bangun disana. Semuanya itu sudah terbangun didalam diri sang ksatria.

Hingga akhirnya, sang ksatria mencoba untuk menerawang jauh, jauh ke gelapnya langit malam, langit yang baginya sekarang tlah kehilangan sinar dari sang rembulan.

Dadanya trasa sesak, ia mencoba untuk meluapkan perasaan gembira yang tersisa di dalam tepi-tepi samudra hatinya. Matanya terpejam, hatinya menangis terisak, teriringi doa dari relung hatinya yang terdalam.

Namun,
Ketika itu pulalah ia mersa melihat sinar harapan, sinar yang slama ini akan memberikan secercah harapan dan juga sebuah mimpi baru baginya, dari kejauhan tampak olehnya seberkas sinar terang benderang bagaikan sinar rembulan yang dulu tlah hilang. Dan kini sinar itu tlah datang, datang dari sebuah bintang kecil, sebuah bintang yang ada diantara ribuan bintang-bintang yang sedang bertebaran di gelapnya langit malam.

Dalam hatinya, Ksatria berfikir, seandaniya sinar bintang itu bisa menggantikan sinar sang rembulan, kstria rela untuk mengorbankan hatinya yang terbakar oleh sinar rembulan dengan tenang dan tanpa kesedihan.

Bagi ksatria, tidak hanya sepotong angan yang akan ia lepaskan, namun segumpal jantung dan dan juga hati yang dahulu tlah ia lezatka dengan rasa cinta dan beribu-ribu sinar harapan. Tapi, ksatria lupa bahwa bagaimaan mungkin ia bisa menggapai dan menyentuh sinar bintang itu, baginya bintang itu terlalu jauh, jarak bintang itu lebih jauh daripada bulan, bulan yang slama ini tlah memberikan begitu banyak harapan akan mimpi-mimpinya.

Seandainya bintang itu suatu saat jatuh dengan sinar harapan yang slama ini ia cari. Maka Ksatria tidak akan menunggu untuk lebih lama lagi, baginya langit gelap yang slama ini tlah kehilangan sinar sang rembulan, harus segera mendapatkan sinar yang baru, sinar yang dapat menerangi gelapnya langit sama seperti sang rembulan.

Dan setiap malam KSATRIA slalu beharap dan slalu menunggu, menunggu hingga fajar menyingsing antara tidur dan keterjagaannya, agar ia dapat menemukan, menemukan sinar baru dari sang bintang jatuh.

Bagi ksatria akal dan perasaan manusia, adalah kemudi dan sebuah layar bagi jiwa yang sedang mengarungi lautan kehidupan. Jika kemudinya patah semua akan tumbang terhempas gelombang. Jika layarnya patah, hati masih bisa mengambang tapi hati itu akan diam membeku tanpa tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Search Engine Submission - AddMe