Penciptaan puisi bagi seseorang mungkin dilakukan untuk membantu dirinya agar dapat meringankan penderitaan/kesusahan yang dia alami, baik lahiriah atau batiniah yang telah ia rasakan.
Penciptaan puisi pun juga dapat menguatkan diri ketika seseorang merasa lemah, membangkitkan kembali semangat seseorang ketika ia merasa putus asa, mengurangi beban mental penciptanya dalam menjalani kehidupan, meneduhkan kekecewaan, menjadi media peluapan emosi dengan bahasa yang sudah dibuat sedemikian rupa sehingga agar orang lain bisa menikmatinya. (puisi merupakan bentuk kretaif dan ekspresif dari lupapan emosi).
Lewat sebuah puisi, kita bisa dapat menggugat apapun, bahkan masalah cinta sekalipun. Bukankah tak salah jika seseorang yang ditolak cintanya mentah-mentah akhirnya marah lewat sebuah puisi (he2...hiki’s, pengalaman pribadi nich). eh, tapi jangan salah BRO bukan hanya masalah cinta saja, lewat sebuah puisi seseorang pun dapat menggugat kekuasaan kapitalisme yang begitu ganas baik di dunia politik pemerintahan,dikampus, atau bahkan di dalam masalah keluarga sekalipun (kepemimpinan seorang ayah yang otoriter).
Tak salah juga jika seseorang merayakan imajinasi dan emosi lewat puisinya, karena mungkin ia sudah mentok untuk mencari bentuk variabel realitas yang lain (pelampiasan). Ketika sebuah kreatifitas yang terlahir lewat sebuah puisi telah tercipta, maka untuk melengkapinya perlu dilakukan sebuah pengenalan terhadap kreatifitas itu sendiri, sehingga orang lain pun bisa tahu dan mengerti akan makna dari sebuah kreatifita/puisi yang telah terbaca ataupun yang sudah terucap.
Sebuah pembacaan puisi dapat melahirkan tafsir yang beragam, sesuai dengan ketelitian dan kekuatan pembaca dalam mengartikannya/menafsirkan dari sebuah puisi yang ia tangkap. dalam penafsiran puisi tidak ada tafsir tunggal ataupun sama. Setiap pembaca sah didalam menafsirkan teks, menafsirkan puisi atau bahkan mengaplikasikan apapun yang telah dia dengar.
Untuk memberikan suatu kesan yang sesuai dengan apa yang telah pembaca/pendengar tangkap melalui sebuah puisi, maka seorang pencipta puisi harus benar-benar dapat melakukan sebuah penyampain dari sebuah puisi yang ia cipta/baca agar dapat masuk kedalam akal pikiran orang lain.
Ketika seorang penyair menyusun kata-kata menjadi puisi, pada prinsipnya ia sedang menenun dunia dan kehidupan yang tlah ia jalani untuk dirinya dan juga untuk khalayak ramai (orang awam). Membaca puisi sebagai teks diharapkan dapat menjadikan sebuah stimulan bagi seorang pembaca puisi, dengan begitu maka seorang pembaca akan merasa terbawa kedalam akal pikiran kehidupan seorang penyair.
Setelah seorang pembaca terbawa, maka penyair akan menjadi seorang nelayan yang memberi umpan kepada ikan yang ia pancing. Itupun Kalau penyampainya benar-benar merasuki ke alam pikiran bawah sadar pembaca/pendengar.Mungkin kita pernah mendengar apa yang namanya teater musikal (yach masak jaman dah maju kini masih belom kenal az, ehm... palagi seorang mahasiswa, C_D). Teater musikal merupakan salah satu perpaduan di bidang dunia seni antara teater dengan musik (di TV kan dah ada).
Tapi apakah kita sering mendengar apa yang namanya dengan puisi musikal, dunia puisi saat ini bagaikan bulan yang tertutp oleh awan hitam, kadang hilang dan kadang tampak benderang. Bagi orang awam puisi bukanlah makanan sehari-hari, karena bagi mereka mungkin lagu pop, rock, dan dangdut adalah makanan sehari-hari, dimanapun dan kapanpun (anytime anywhere) selalu aja mereka konsumsi.
Padahal kita tahu (yang tahu sich), bahwa puisi dapat memberikan sebuah pelajaran yang paling berharga dari pengalaman orang lain, karna puisi tercipta dari pengalaman hidup seseorang. Dimana-mana puisi sekarang telah kalah pamor dengan yang namanya musik modern, musik rock, pop atapun dangdut sekalipun yang kini telah memasyarakat di kalangan menengah bawah.
Padahal kalo kita telusuri dengan seksama nich (maksudnya penerawangan gitu) kita kan tahu bahwa sebenarnya musik itu berasal dari pengadaptasian yang namanya puisi, cuman sudah dimodernisasi dengan alunan musik.Pernah mendengar lagunya letto ”sebelum cahaya” atau lagunya Andra and The Backbone ”sempurna” (lagu laennya juga boleh), nach itu, dari liriknya aja kita sudah tau klo itu adalah subuah puisi, terdengar puitis dan agak romantis, dan dalam pemaknaannya liriknya tidak menunjuk langsung pada sesuatu. Ga’ percaya coba aja baca, tapi ga usah pake musik...(baca dengan intonasi puisi).
Puisi musikal merupakan penggabungan antara puisi dengan menggunakan menambah alunan musik dalam pengaplikasiannya (puisi yang pke ilustrasi musik) tapi jangan salah, puisi musikal agak berbeda dengan yang namanya lagu (musik modern), disini lebih ditekankan kepada pembacaan puisi (intonitas) daripada musik itu sendiri. Musik disini hanya digunakan sebagai penyeimbang ataupun sebagai pendamping saja, intinya tokoh utamanya tetep puisi itu sendiri (si pembaca puisi) bukanya musiknya (si pemain musik).
--- ---
Rabu, 23 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar