ia hanya setetes air yang terdiam di pucuk daun tua
embunlah yang mengundangnya datang
di pagi ini di musim panas yang tlah melanda hamparan bumi
ia masih tetap sama, tertawa oleh ketidakberdayaan untuk pergi meninggalkan
terdiam oleh kegelisahaan, untuk menanti datangnya angin yang menyegarkan
menggoyah dan menggetarkan dari setiap dedaunan yang menua oleh derai waktu
fajar pagi masih tersisa di ufuk timur,
sang mentari pagi masih terlihat enggan tuk datang menyinari kehidupan di pagi ini
alam semesta pun mencoba untuk menyusun kembali dari setiap kepingan kehidupan yang telah Tuhan ciptakan di hari ini
aku hanyalah bagian kecil yang tak berarti
aku hanya setetes air hujan dan embun yang tersesat
aku memang tercipta dan tertulis dalam naskah skenario kehidupan,
tetapi tidak untuk menjadi tokoh utama
peranku hanya sebagai pendamping dan penggembira
ektingku pun hanya terdiam, menanti dan menunggu
sungguh menjemuhkan memang
dari dlam kalbu hati, kadang aku berontak
mengumpat kepada sang sutradara yang membuat cerita kisah kehidupan
tapi ketidakberdayaan sekali lagi membuatku terdiam
ini adalah sebuah kenyataan yang harus kuterima
menangkap dan memilikinya
sebenarnya adalah impian bagiku
tapi kenyataannya aku tak mampu
ku tak cukup kuat mengejarnya
walau separoh nafas ini telah kukerahkan
tapi apa daya
dalam cerita ini ku bukanlah sang tokoh utama
saat ini
aku sadar!
menatap dan menjaganya
adalah tugas dari peran yang kuperankan
sutradara tau
tak ada yang mampu memerankannya
selain aku yang bisa menanti dan menunggu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar